Penelusuran ke Masjid Soko Tunggal sebagai sumber arsip bernilai sejarah
Penelusuran ke Masjid Soko Tunggal sebagai sumber arsip bernilai sejarah
Selasa,24 Juli 2018, Tim Penelusuran Arsip Sejarah dan Budaya Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Kebumen yg dipimpin langsung oleh Sekdin Dra. Hj. Rohmah Hidayati melaksanakan penelusuran naskah sumber arsip ke cagar budaya Masjid Saka Tunggal di desa Pekuncen kec. Sempor. Rombongan terdiri dari Kasi Pengelolaan Arsip Statis,dan Arsiparis Putri Wahyu Pangesti, A.Md melaksanakan penelusuran kebenaran sejarah Masjid Saka Tunggal yang diyakini sebagai masjid pertama yang didirikan di kab Kebumen.
Sesuai namanya Saka Tunggal, masjid ini hanya ditopang oleh satu tiang
(saka) saja. Saka tunggal sebagai penopang utama bangunan ini berbentuk
segi empat dengan ukuran 30 x 30 cm. Ia menjulang ke atas sekitar 4
meter tingginya. Di ujung atas soko tersebut terdapat 4 buah kayu
melintang sebagai penyangga utama bangunan masjid tersebut. Sementara di
tengah-tengah soko terdapat 4 buah danyang atau skur untuk membantu
menyangga kayu-kayu yang ada di atasnya.
Kayu yang digunakan
sebagai saka merupakan kayu jati pilihan. Karena keunikannya tersebut,
Masjid Soko Tunggal kerap menjadi bahan penelitian dan riset dari
instansi dan universitas di Indonesia.
Banyak versi mengenai sejarah berdirinya Masjid Saka Tunggal ini.
Menurut Muhammad Jafar, Masjid Soko Tunggal dibangun oleh Adipati
Mangkuprojo sekitar 1719 Masehi. Dia merupakan keluarga Keraton
Kartasura, Solo yang gigih melawan penjajah Belanda. Karena terdesak
Adipati Mangkuprojo kemudian melarikan diri dan memilih bergerilya di
daerah Pekuncen. Ia pun kemudian membuat pesanggrahan yang bersifat
sementara.
Selain bergerilya, Adipati Mangkuprojo juga giat
melakukan syiar agama Islam. Setelah pengikutnya banyak akhirnya Adipati
Mangkuprojo mendirikan masjid Saka Tunggal ini. Awalnya atap masjid
menggunakan daun bambu yang dianyam dan dindingnya menggunakan tabak
bambu. Dalam perkembangannya atap daun bambu tersebut diganti dengan
ijuk, tetapi dindingnya masih menggunakan tabak bambu. Kurang lebih
seabad kemudian ijuk tersebut diganti dengan genteng. Tahun 1922 dinding
bambu diganti dengan bangunan tembok. Dan pada Juli 2005 lalu
direnovasi.
Masjid Saka Tunggal Pekuncen ini memiliki kaitan
dengan keluarga Soemitro Djojohadikoesoemo, begawan ekonomi Indonesia
yang juga ayah dari Prabowo Subianto. Menurut cerita, nenek moyang
Soemitro adalah juru kunci (kuncen) makam Adipati Mangkuprojo yang
terletak tak jauh dari Masjid Saka Tunggal. Itulah mengapa desa ini
disebut Desa Pekuncen.
Karena ada ikatan tersebut, renovasi
Masjid Saka Tunggal dilakukan oleh keluarga Soemitro Djojohadikoesoemo.
Tidak mengherankan jika setiap bulan ruwah dalam penanggalan Islam,
keluarga Sumitro Djoyohadikusumo pasti datang berziarah ke makam ini.
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut utk dpt menerbitkan naskah sumber arsip terkait dgn nilai sejarah keberadaan masjid tsb. Hal ini memerlukan koordinasi lebih lanjut dgn OPD terkait yaitu Bappeda dan Disporawisata.