Mengulas Isi Buku "Ngomong Gombong" Yang Ditulis Oleh Sigit Asmodiwongo dan Salma Nusiana
Mengulas Isi Buku "Ngomong Gombong" Yang Ditulis Oleh Sigit Asmodiwongo dan Salma Nusiana
Penulis : Sigit Asmodiwongo dan Salma Nusiana
Judul : Ngomong Gombong
Penerbit : Yayasan Tali Pakarti Nusantara
Tahun : 2020
Tebal : xvi + 160
ISBN : 978-623-93843-0-2
Buku ini ditulis oleh Sigit Asmodiwongo dan Salma Nusiana. Tentang buku ini, isi dan juga judulnya ada banyak pemahaman dilontar dan dibandingkan. Sebagian besar ide dan data awal buku ini muncul selama lima tahun menjadi bagian Roemah Martha Tilaar (RMT) Gombong.
Adapun biodata penulis buku yang berjudul “Ngomong Gombong”.
Sigit Asmodiwongso Lahir di Rumah Sakit DKT Kotabaru Yogya, 28 Maret 1969 Menghabiskan masa kecilnya di dua tempat, desa sejuk di lereng Merapi Sleman, Yogyakarta dan Gombong Kecintaan pada Gombong terpupuk lewat kebiasaan masa kecil bersama sang. ayah, Dukut Asmodiwongso menggelar tikar di salah satu sudut kota Gombong sambil menikmati kopi bir. Aktivitasnya mengupas lapis demi lapis sejarah Gombong menghasilkan buku Jelajah Pusaka Gombong yang diterbitkan oleh Roemah Martha Tilaar pada tahun 2018. Dia terlibat aktif juga dalam Komunitas Pusaka Gombong (KOPONG) yang secara teratur bersama Roemah Martha Tilaar menyelenggarakan pameran sejarah kota. Kesibukannya saat ini, selain blusukan ke makam dan rumah tua, adalah menyelenggarakan paket-paket wisata tematik bersama Milangkori Cultural Tour yang didirikannya. Sigit Asmodiwongso dapat dihubungi di asmodiwongso@gmail.com.
Salma Nusiana Lahir di Kebumen, 09 November 1996, Lulusan dari Daar El - Qolam Islamic Boarding School Tangerang dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sejarah, Fotografi dan Perjalanan adalah kombinasi yang unik menurutnya. Baginya fotografi membawa pergi ke berbagai tempat yang membuatnya banyak menyelami esensi emosi dari sebuah perjalanan dan bertemu berbagai macam orang membuatnya memahami sebuah perbedaan yang unik dari kelompok-kelompok manusia. Sehingga dalam kegalauannya di umur 18 tahun ia memutuskan untuk meneruskan kuliah dengan mengambil jurusan Sejarah khususnya Kebudayaan Islam. Sampai saat ini ia masih menekuni bidang fotografi, dan melakukan perjalanan-perjalanannya ke berbagai tempat di Indonesia. Selain itu ia juga berkontribusi di Milangkori Cultural Trip sebagai Program Manager. Salma Nusiana a disapa lewat akun instagram @achilles acil dan email salmanusiana@gmail.com
Setelah membaca buku ini tentu saja Anda penasaran kan dengan isinya?? Yuk simak cuplikan bacaan berikut….Let’s GO
Ada apa dengan Gombong dan mbah Giyombong? Bagaimana orang-orang Belanda datang di Gombong serta bagaimana berkembangnya wilayah Pecinan dengan komunitas orang Tionghoa, Saudagaran dengan komunitas Kalangnya serta apa alasan terbaginya kawasan Gombong dengan tiga simpulnya? Semua cerita- cerita itu bisa didapatkan dalam buku ini yang dikemas sangat menarik dan informatif. Cerita yang mengalir secara apik menggiring pembaca menikmati kawasan- kawasan Gombong pada masa lalu khususnya di periode waktu 1830-1942, karena bukan hanya gambaran fisik bangunan dan kota yang disajikan namun juga disisipi cerita-cerita sosial budaya yang menjadikan informasi menjadi lebih lengkap. Pengamatan langsung dengan didukung catatan sejarah yang sangat teliti menjadikan buku ini layak dibaca oleh semua kalangan yang ingin tahu tentang Gombong dan cerita dibalik munculnya "Gombong". Dr. Wahyu Utami Dosen Arsitektur Peneliti dan Pemerhati Kawasan Cagar Budaya
Gombong yang luar biasa kaya dimasa lalu tidak lepas dari pengaruh Jawa, Eropa dan Tionghoa. Semua unsur itu melahir kan visual Gombong yang eklektik. Gombong adem ayem justru menyimpan warjsan sejarah luar biasa, vang terawat dan tersimpan dengan baik. Ngomong Gombong menuturkan lugas apa yang 'tersimpan di sana, dan pembaca siap transit di Gombong. Jatmiko Wicaksono Founder Banjoemas History Heritage Community
Semoga setelah membaca buku di atas Anda mendapat wawasan mengenai apa itu “Ngomong Gombong”.